
Halo neTEAzen kAsegaran!
Pernah nggak sih kamu kepikiran buat buka usaha dengan sistem franchise? Bagi kamu yang sudah tertarik atau bahkan sedang menjajaki kerja sama franchise, pasti sudah akrab dengan istilah franchise fee dan royalty fee. Tapi, apakah kamu benar-benar paham apa bedanya? Atau bagaimana cara menghitung pendapatan royalti dari franchise itu sendiri?
Nah, kali ini mimin akan bantu kamu mengenal lebih dekat soal biaya franchise dan royalti. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap dan sederhana, biar kamu bisa bikin keputusan bisnis yang lebih matang dan terencana.
Hati-hati sebelum membeli franchise 👉 10 Kesalahan dalam Bisnis Franchise yang Harus dihindari
Royalti franchise atau royalty fee adalah biaya berkala yang wajib dibayarkan oleh mitra/franchisee kepada pemilik merek/franchisor. Biasanya, biaya ini dibayarkan secara bulanan atau berdasarkan periode yang disepakati, dan dihitung berdasarkan persentase dari omzet penjualan.
Tujuan dari royalti ini adalah sebagai bentuk kompensasi atas penggunaan sistem bisnis, dukungan operasional, pelatihan, dan branding dari pemilik franchise. Dengan kata lain, ini adalah bentuk “uang langganan” atas segala fasilitas yang diberikan franchisor kepada franchisee.
Misalnya nih, kamu buka cabang franchise es teh milik neTEAzen kAsegaran, maka setiap bulan kamu perlu setor royalti sebagai kontribusi untuk menjaga standar mutu, inovasi produk, serta layanan pelanggan yang seragam.
Baca Juga: Apa Sih Perbedaan Franchisor dan Franchisee?
Mimin juga mau ngingetin kalau peraturan royalti franchise di Indonesia diatur cukup jelas. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 71/M-DAG/PER/9/2019, setiap perjanjian franchise wajib mencantumkan besaran dan mekanisme pembayaran royalti. Jadi, kamu sebagai franchisee punya hak untuk tahu dan menyepakati sistem royalti sejak awal.
Transparansi ini penting supaya nggak ada kesalahpahaman di kemudian hari. Jangan ragu untuk bertanya langsung ke franchisor tentang detail peraturan royalti franchise yang berlaku. Ingat ya, bisnis franchise itu hubungan jangka panjang. Harus jelas dan saling menguntungkan.
Sekarang kita bahas soal perhitungan royalti franchise. Umumnya, royalti dihitung berdasarkan persentase dari omzet kotor per bulan. Misalnya, kalau omzet gerai kamu Rp50 juta dan royalti 5%, maka kamu wajib bayar Rp2,5 juta ke franchisor setiap bulannya.
Namun, beberapa franchisor juga menetapkan sistem royalti flat (jumlah tetap tiap bulan), atau bahkan kombinasi keduanya. Karena itu, penting buat kamu mengecek dan memahami model perhitungan royalti franchise dari awal. Ini bakal berpengaruh langsung ke cash flow bisnis kamu.
Mimin sarankan kamu juga bikin simulasi perhitungan pendapatan dan pengeluaran sebelum memutuskan beli franchise. Supaya nanti nggak kaget dan bisa mengelola keuangan bisnis dengan lebih bijak.
Banyak neTEAzen kAsegaran yang masih bingung antara franchise fee dan royalti fee. Padahal keduanya punya peran yang berbeda dan sifat yang tidak bisa disamakan. Mari kita bedah satu per satu.
1. Waktu Pembayaran
2. Tujuan dan Fungsi
3. Bentuk Biaya
4. Hubungan Jangka Panjang
5. Dampak pada Laba Usaha
Analogi Sederhana Coba bayangkan kamu mau langganan layanan gym:
Dengan memahami perbedaan franchise fee dan royalti fee ini, kamu bisa lebih siap dalam menyusun rencana bisnis, menghitung kebutuhan modal awal, serta mengelola keuangan jangka panjang dengan lebih cermat.
Buat kamu neTEAzen kAsegaran yang suatu hari ingin jadi franchisor, selain menyiapkan modal franchise penting banget tahu bagaimana cara menentukan franchise fee yang adil dan menarik. Franchise fee bukan sekadar angka asal-asalan, tapi harus mencerminkan nilai dari brand dan sistem yang ditawarkan.
Secara umum, ada tiga pendekatan yang umum digunakan dalam menentukan franchise fee:
1. Pendekatan Customer-Oriented: Dalam pendekatan ini, franchise fee ditentukan berdasarkan daya beli konsumen di wilayah target. Artinya, harga franchise bisa berbeda di setiap kota atau daerah, tergantung seberapa besar kemampuan masyarakat di sana untuk membayar. Di kota besar yang masyarakatnya punya daya beli tinggi, franchise fee cenderung lebih mahal. Metode ini membantu franchisor untuk tetap kompetitif dan relevan dengan pasar lokal.
2. Pendekatan Market-Oriented: Pendekatan ini menyesuaikan franchise fee dengan kondisi pasar dan pesaing di industri sejenis. Franchisor biasanya mengacu pada data industri dari lembaga terpercaya dan melakukan benchmarking terhadap franchise lain yang serupa. Meski metode ini tergolong praktis, tetap harus hati-hati, karena setiap brand punya reputasi dan sistem yang unik. Menyamakan harga dengan kompetitor tanpa mempertimbangkan diferensiasi bisa jadi bumerang.
3. Pendekatan Cost-Oriented: Nah, kalau metode ini lebih fokus pada menghitung seluruh biaya yang dibutuhkan untuk mengembangkan sistem waralaba. Mulai dari biaya operasional, pelatihan, produksi, hingga selisih margin keuntungan yang diinginkan. Franchise fee ditentukan agar semua biaya itu bisa tertutupi, dan tetap memberikan keuntungan wajar untuk franchisor. Pendekatan ini dianggap paling rasional secara finansial karena berbasis pada struktur biaya aktual.
Jadi, neTEAzen kAsegaran, memahami biaya franchise dan royalti itu penting banget sebelum kamu memulai bisnis franchise. Pendapatan royalti dari franchise adalah bagian dari komitmen jangka panjang kamu sebagai mitra. Bedakan dengan franchise fee yang hanya dibayar sekali di awal.
Baca Ini sebelum memulai bisnis franchise👉10+2 Tips Usaha Franchise yang Wajib Kamu Tahu Sebelum Mulai!
Pahami juga peraturan royalti franchise yang berlaku, dan pastikan kamu tahu cara perhitungan royalti franchise yang ditetapkan oleh franchisor. Dengan bekal pemahaman ini, kamu akan lebih siap untuk sukses dalam menjalankan bisnis franchise impian kamu.
Penulis professional di PT Sendang Kasegaran Rejeki. Berpengalaman lebih dari 2 tahun menulis konten edukatif.


